Triklosan


Agen antibakteri atau antiseptik merupakan senyawa atau agen yang dapat membunuh atau menekan pertumbuhan bakteri. Berbeda dengan antibiotik, target aksi antibiotik adalah mikroorganisme yang terdapat dalam tubuh, sedangkan antiseptik ditujukan untuk membunuh bakteri di luar tubuh. Berbeda pula dengan disinfektan, di mana disinfektan digunakan untuk benda mati, misalnya ditujukan untuk sterilisasi ruangan terhadap mikroorganisme tertentu.

Saat ini terdapat banyak pilihan antiseptik yang ada di pasaran. Bentuk dari sediaan yang ada contohnya antara lain bentuk gel, lotion, sabun cair, atau sabun batang. Pada beberapa sediaan antiseptik, tidak hanya antiseptik pembersih tangan, zat aktif yang umumnya digunakan yaitu Triklosan. Triklosan atau irgasan DP300 merupakan suatu agen kimia antibakteri yang banyak digunakan dalam berbagai produk sepeti sabun, deodorant, kosmetik, lotion pembersih, pasta gigi.


Struktur kimia Triklosan

 

Triklosan yang banyak digunakan dalam beberapa produk tersebut diketahui banyak mencemari air (Singer H, 2002). Antara tahun 1999 dan 2000, triklosan banyak ditemukan dalam jumlah konsentrasi  paling tinggi dalam pemeriksaan dari air sungai yang tercemar (Colpin, 2002)

Triklosan dapat diserap kulit, mulut, dan hidung dalam waktu beberapa menit saja setelah pemakaian. Manusia juga dapat tercemari melalui makanan terutama ikan  atau hewan air lainnya. Triklosan akan terakumulatif (Bennet ER,2009) Selain itu triklosan juga dapat mencemari air susu ibu yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan bayi (Allmyr, 2006)

Dalam penggunaannya selama ini ternyata dari hasil beberapa penelitian, diketahui bahwa triklosan memiliki efek samping yang merugikan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa triklosan ketika bercampur dengan klorin dalam air keran akan membentuk gas kloroform, dimana United States Environmental Protection Agency menggolongkannya sebagai salah satu zat penyebab kanker. Sebagai hasilnya triklosan menjadi salah satu peringatan dalam pencegahan kanker di Inggris.

Triklosan ketika bercampur dengan klorin pada air keran juga menghasilkan 2,4-dichlorophenol. Zat ini berubah menjadi dioksin (menyebabkan kanker) ketika terpapar sinar ultraviolet. Walaupun hanya menghasilkan sedikit dioksin, tapi hal ini tetap mengkhawatirkan karena beberapa jenis dioksin ini beracun dan berpotensi mengganggu endokrin atau hormon. Zat-zat berbahaya ini diketahui lamban dikeluarkan dari tubuh, yang berarti zat-zat dioksin ini akan berakumulasi/menumpuk dalam tubuh sampai pada level yang membahayakan (Latch, 2000).

Suatu penelitian  Crofton (2007) diketahui triklosan dapat mengganggu fungsi normal dari pengikatan  androgen  pada pria dan estrogen pada wanita. Metabolit dari triklosan juga diketahui mengganggu efek dari hormon tiroid. Triklosan memblokir metabolisme hormon tiroid, karena memiliki struktur yang mirip  hormon tiroid dan terikat pada sisi reseptor yang sama, kemudian memblok reseptor tersebut sehingga hormon alami tidak bisa diproduksi. Triklosan ditemukan dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker. Pada laki-laki, triklosan dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma dan kemunduran fungsi alat reproduksi seperti vasdeferens dan testis (Kumar, 2009). Selain itu, jika fungsi normal dari hormone – hormone steroid tubuh seperti estrogen dan testosterone pada saat kehamilan terganggu, dapat menghambat pertumbuhan otak janin (Mc Ewen, 1987).

Dalam suatu penelitian lainnya, yang telah dipublikasikan di jurnal Environmental Health Perspectives oleh Isaac Pessah, PhD, memperlihatkan akan bagaimana triklosan bisa mempengaruhi otak. Dalam penelitian Pessah  ditemukan bahwa triklosan menempelkan diri ke molekul reseptor khusus di permukaan sel. Hal ini menyebabkan naiknya tingkat kalsium dalam sel.  Sel yang memiliki kalsium berlebih akan berespon berlebihan, sehingga respon berlebih ini bisa membakar sirkuit saraf pada otak, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam perkembangan mental.

Sabun antibakeri yang mengandung triklosan tidak lebih efisisen dibandingkan dengan sabun tradisional. Sabun dengan konsentrasi triklosan 0,2 %- 0,3 % tidak lebih efektif dari sabun biasa (Aiello, 2007). Antibakteri triklosan dibuat untuk menghancurkan pertumbuhan mikroorganisme tetapi  triklosan tidak boleh digunakam dalam produk yang memungkinkan kontak dengan manusia (sabun, antiseptik, pastagigi atau pembungkus makanan )  (Singer, 2002).

Melihat dari banyaknya kerugian penggunaan triklosan sebagai antiseptik yang tersedia di pasaran seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka antiseptik dengan zat aktif yang berasal dari tanaman (antiseptik herbal) dapat menjadi alternatif yang lebih bagus karena penggunaannya yang lebih aman.

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment